Tambal Ban Tanpa Air

Sebelumnya saya bersyukur dahulu, karena hari Sabtu malam yang lalu saya bisa sampai di rumah Jogja dalam keadaan selamat tanpa halangan apapun setelah melakukan perjalanan pulang dari Solo. Baru setelah sampai dirumah motor yang saya pakai mengalami kebocoran ban. Mungkin orang bilang keberuntungan, bagi saya adalah anugerah.

Minggu siang saya baru bisa membawa motor saya ke bengkel tambal ban. Saya menuntun motor cukup jauh karena bengkel yang terdekat tidak buka. Dalam perjalanan, saya ditunjukkan seseorang lokasi bengkel yang lebih dekat sehingga saya kesana.

Awal ketidakberesan terlihat ketika saya sampai di bengkel itu. Motor sudah sampai namun tidak ada respon dari pemilik, sehingga saya yang harus menanyakan dulu. Gerak tubuh yang tidak niat semakin terlihat ketidakberesan itu. Saya perhatikan cara dia membuka ban, sampai akhirnya melakukan pengecekan pada ban. Hal yang sangat berbeda dari kebiasaan umumnya, dan ini adalah hal yang sangat tidak logis. Beliau mengecek (melihat letak kebocoran) ban motor tanpa menggunakan air sebagai mediator. Beliau hanya mengisi angin pada ban lalu mengecek kebocoran dengan indera perasa saja yaitu dengan meraba permukaan ban dengan tangan. Setelah ditemukan (dirasa ada hembusan angin) lalu dia memberi tanda letak kebocoran pada ban lalu menambalnya. Setelah ban selesai ditambal, beliau akan memasangnya, itupun tanpa dicek kembali. Hal yang aneh sebagai seorang penambal ban adalah ketika melihat benda yang mengakibatkan kebocoran namun tidak dihilangkan. Begitu pula beliau. Sudah terlihat secara jelas ada kawat yang menancap namun dia tidak mengambilnya, itupun saya yang harus menyarankannya. Benar-benar ini seperti tayangan reality show 'uji kesabaran'.

Ban sudah ditambal, saya pun pulang ke rumah. Baru sampai di teras rumah, ban saya bocor lagi. Karena sudah terlanjur kecewa, saya mencari bengkel lain. Singkat cerita ban selesai ditambal dan saya pergi ke beberapa tempat. Sore hari ketika akan pergi lagi, ban saya kembali bocor. Saya pun pergi ke bengkel berbeda dan langsung mengganti ban yang bocor. Saya cek sendiri ban lama yang bocor ternyata letak kebocoran pada tambalan pertama tadi.

Dihari itu saya harus pergi ke bengkel tambal ban tiga kali. Saya tetap bersyukur. Belajar untuk menerima semua dengan sukacita. Belajar lebih sabar lagi, meskipun orang bilang saya orang yang sabar :)
Because today is a gift

Catatan:
Lakukanlah segala sesuatu dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dan dengan segenap akal budi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tela Telo

Nambal Ban Sepeda :'(

Menemukan Sukacita dalam Keseharian: Refleksi Seorang Programmer tentang Iman