Memang (Bukan) Peraturan Untuk Dilanggar - Palang Kereta Api

Kereta api merupakan kendaraan yang paling dihargai dari pada kendaraan darat lainnya. Artinya mau gak mau jika kereta sudah jalan kendaraan lain harus memberikan kesempatan kereta jalan. Seperti yang pernah didengar juga di palang pemberhentian kereta api:
"palang pintu perlintasan bukan alat pengamanan utama

mohon perhatian para pengguna jalan raya
perlu kami beritahukan bahwa sesuai dengan undang-undang no 23 th 2007 tentang perkeretaapian
bahwa setiap pemakai jalan raya yang hendak melintas jalan kereta api wajib mendahulukan lewatnya kereta api
palang pintu perlintasan bukan alat pengamanan utama
dan bukan merupakan rambu lalu lintas
tetapi hanyalah alat bantu untuk mengamankan perjalanan kereta api
untuk itu berhati-hatilah setiap akan melewati perlintasan kereta api
di lokasi lain masih banyak perlintasan yang tidak dijaga dan tidak berpintu
oleh sebab itu patuhilah rambu-rambu lintas yang ada
dengan mematuhi peraturan lalu lintas berarti anda telah berusaha menyelamatkan diri sendiri, keluarga, dan rekan-rekan anda dari bahaya kecelakaan
sampai saat ini telah banyak korban meninggal dunia sia-sia karena kelalaian dan ketidakdisiplinan ketika melewati pintu perlintasan kereta api

terimakasih atas kedisiplinan anda dalam berlalu lintas
semoga selamat sampai tujuan
pesan ini disampaikan oleh pt kereta api persero"

Palang pintu kereta api yang sudah dibuat untuk mengamankan para pemakai jalan seringkali diabaikan. Khususnya kendaraan motor roda dua yang sering saya lihat. Para mengendara menerobos palang pintu dan berada disisi badan kereta api. Entah karena buru-buru ada acara, atau memang karena malas mengantri di belakang, tetap saja mereka melanggar dan tidak menghargai diri sendiri maupun orang lain.

Saya hanya mau berterima kasih atas peralatan yang sudah dibuat, terima kasih atas layanan keamanan untuk kita bersama. Saya (kita) akan tetap mematuhinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tela Telo

Nambal Ban Sepeda :'(

Menemukan Sukacita dalam Keseharian: Refleksi Seorang Programmer tentang Iman